Batu Bara, Bahagianews.com -Krisis air yang melanda Daerah Irigasi (D.I) Bah Bolon selama dua tahun terakhir telah membawa dampak besar bagi ribuan petani di Kabupaten Batu Bara. Kerusakan infrastruktur irigasi serta penumpukan sedimen di sejumlah titik bendungan menyebabkan lebih dari 10.000 hektar lahan pertanian tidak mendapat pasokan air yang memadai. Kerugian ditaksir mencapai Rp500 miliar per musim tanam.
D.I Bah Bolon yang mencakup D.I Purwodadi (1.365 Ha), D.I Cinta Maju/Cinta Damai, D.I Tanjung Muda (1.160 Ha), D.I Perkotaan (3.350 Ha), dan D.I Simodong (2.650 Ha) meliputi tiga kecamatan penting: Air Putih, Sei Suka, dan Medang Deras. Namun saat ini, produktivitas kawasan tersebut terhambat akibat tidak berfungsinya Bendung Seimanggar di Desa Tanjung Muda, Kecamatan Air Putih.
“Penumpukan sedimen pasir di muka dan hilir bendung telah menghalangi aliran air ke Sungai Siparepare, sumber utama air untuk D.I Perkotaan dan D.I Simodong,” ujar Alpon Sirait, ST, Anggota DPRD Batu Bara dari Partai PERINDO.
Tak hanya itu, kerusakan Bendung Cinta Maju yang pelimpahnya pecah membuat air tak dapat disalurkan ke saluran primer. Alhasil, petani di D.I Cinta Maju/Cinta Damai juga terdampak berat.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap nasib para petani, Alpon Sirait bersama Dinas PUTR Kabupaten Batu Bara dan masyarakat setempat melakukan gotong royong pengerukan sedimen menggunakan excavator di pintu intake dan saluran sekunder sepanjang 5 km di D.I Cinta Maju. Air kini mulai mengalir kembali, meskipun belum optimal.
Pada Rabu (4/6), Alpon Sirait juga melakukan koordinasi dengan para kepala desa terdampak dan kelompok tani di lokasi Bendung Seimanggar. Mereka merencanakan aksi gotong royong lanjutan pada Senin, 9 Juni 2025, untuk membangun bangunan pengarah air ke Sungai Siparepare.
Bangunan pengarah tersebut akan dibuat dari matras geosintetik berukuran 4x50 meter, diisi pasir menggunakan excavator, dijahit hingga membentuk bantal seberat ±50 ton, serta diperkuat dengan cerocok batang kelapa di kedua sisinya.
“Ini solusi sementara agar air bisa mengalir kembali ke D.I Perkotaan dan Simodong. Kita kejar pola tanam petani yang sudah mulai, jangan sampai musim ini gagal lagi,” tegas Alpon Sirait.
Ia juga berharap dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan agar permasalahan ini dapat segera ditangani secara permanen.
(Agus Sitohang)
Social Header